Asbabun Nuzul Surah Al-Baqarah 89

A.    Pendahuluan
Al-Quran diturunkan oleh Allah Swt sebagai pembeda antara yang hak dan yang batil. Dan juga sebagai petunjuk bagi ummat Muhammad Saw sampai akhir zaman. Ia juga sebagai mukjizat terbesar baginda Nabi Muhammad Saw.
Maka selayaknya bagi pengikut beliau untuk paham kitab Al-quran yang berisikan tentang petunjuk-petunjuk kehidupan, agar pemeluk agam islam dapat tertuntun hidupnya sesuai dengan yang Allah Swt inginkan.
Banyak metode dalam memahami Al-Quran baik secara bahasa, mengetahui sebab turunnya atau Asbabun Nuzul.
Asbabun Nuzul ialah salah satu kajian yang terpenting dalam memahami isi kandungan dalam ayat-ayat Al-Quran, dengan Asbabun Nuzul kita dapat mengetahui tentang apa yang melatar belakangi ayat-ayat Al-Quran dari kejadian-kejadian dan hikmah-hikmah yang terkandung dalam ayat Al-Quran, dan juga merupakan metode utama dalam memahami ayat Al-Quran, maka dari itu selayaknya Asbun Nuzul ini dipelajari oleh kita dan mendapatkan perhatian yang lebih lagi.
Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan Asbabun Nuzul dari pada surat Al-Baqarah ayat 89 yang berkenaan dengan ingkarnya bangsa Yahudi terhadap kedatangan islam dan baginda Muhammad Saw.







B.     Pembahasan
وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ (89)
“Dan telah sampai kepada mereka kitab (Al-Quran) dari Allah Swt yang membenarkan apa yang ada pada mereka sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir, ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah Swt bagi orang-orang yang ingkar.” (Qs. Al-Baqarah: 89)

1.      Asbabun Nuzul
قال ابن عباس: كانت يهود خيبر تقاتل غطفان، فكلما التقوا هزمت يهود خيبر، فعاذت اليهود بهذا الدعاء: «اللهم إنا نسألك بحق محمد النّبيّ الأميّ الذي وعدتنا أن تخرجه لنا في آخر الزمان، إلا نصرتنا عليهم» فكانوا إذا التقوا دعوا بهذا الدعاء فهزموا غطفان. فلما بعث النّبي صلّى الله عليه وسلّم كفروا به، فأنزل الله تعالى: وَكانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا أي بك يا محمد، إلى قوله: فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكافِرِينَ.
وأخرج ابن أبي حاتم عن ابن عباس أن يهود كانوا يستفتحون على الأوس والخزرج برسول الله صلّى الله عليه وسلّم قبل مبعثه، فلما بعثه الله من العرب، كفروا به، وجحدوا ما كانوا يقولون فيه، فقال لهم معاذ بن جبل وبشر بن البراء وداود بن سلمة: يا معشر اليهود: اتقوا الله وأسلموا، فقد كنتم تستفتحون علينا بمحمد، ونحن أهل شرك، وتخبروننا بأنه مبعوث، وتصفونه بصفته، فقال أحد بني النضير: ما جاءنا بشيء نعرفه، وما هو بالذي كنا نذكر لكم، فأنزل الله: وَلَمَّا جاءَهُمْ كِتابٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ[1]
Ibnu Abbas berkata: Dahulu kaum Yahudi Khaibar berperang dengan suku Ghatafan. Setiap kali bertempur kaum kaum Yahudi Khaibar selalu kalah. Maka  kaum Yahudi itu berdo’a: “ Ya Allah, demi kemuliaan Muhammad sang Nabi ummi yang telah Engkau janjikan akan Engkau utus kepada kami di akhir zaman, kami mohon menangkanlah kami atas mereka.” Jadi, apabila mereka berperang, mereka mengucapkan doa ini, sehingga akhirnya mereka dapat mengalahkan suku Ghatafan. Namun ketika nabi diutus, mereka ingkar kepada beliau. Maka Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya, “ Padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan nabi Muhammad Saw) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir” sampai firman-Nya, “Maka laknat Allah lah atas orang-orang yang ingkar itu.”
Ibnu Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa kaum Yahudi dahulu memohon kedatangan Rasulullah Saw sebelum beliau diutus menjadi rasul untuk mendapatkan kemenangan atas suku  Aus dan suku Khaszraj. Namun setelah Allah Swt mengutus rasul ini dari bangsa arab, mereka kafif kepadanya, dan mereka mengingkari perkataan yang mereka ucapkan dulu tentangnya. Mu’adz bin Jabal, Bisyr bin Barra’, dan Daud bin Salamah pernah berkata kepada mereka, “Wahai kaum Yahudi, bertaqwalah kepada Allah Swt dan masuklah Islam. Bukankah dulu kalian memohon kedatangan Muhammad Saw supaya kalian mendapatkan kemenangan atas kami, sementara kami dulu musyrik dan kalian saat itu memberi tahu kami bahwa ia akan diutus, serta kalian telah menyebutkan ciri-cirinya?!” Salah seorang dari bani Nadhir menjawab, “Dia tidak datang kepada kami membawa sesuatu yang kami kenal, dan dia bukanlah rasul yang dulu kami ceritakan kepada kalian.” Maka Allah Swt menurunkan firman-Nya, “ dan setelah datang kepada mereka Al-Quran dari Allah....”
2.     Penjelasan Asbabun Nuzul surat Al-Baqarah ayat 89.
Dahulu sering terjadi peperangan antara kaum Yahudi yakni Khaibar dan bangsa Arab yaitu Ghathafan. Akan tetapi bangsa Yahudi selalu mendapatkan kekalahan.[2]
Bangsa Yahudi ialah bangsa yang beriman kepada rasul yang Allah Swt utus kepada mereka dan juga mereka mengimani kitab taurat, tentunya mereka juga memahami dan meyakini isi dari kandungan taurat yaitu akan datang nabi atau utusan penyempurna dari nabi-nabi sebelumya dan juga beserta ciri-cirinya yang telah tertera dalam Taurat.
Maka setiap kali mereka bertempur dalam peperangan mereka selalu berdoa dengan doa: Ya Allah, demi kemulian Muhammad sang nabi ummi yang telah engkau janjikan akan engkau utus kepada kami di akhir zaman, kami memohon menangkanlah kami atas mereka[3]. Maka dengan doa ini Allah memberi pertolongan kepada mereka sampai akhirnya bangsa arab yaitu Ghathafan dapat dikalahkan oleh mereka.
Akan tetapi setelah datangnya Rasul yaitu Muhammad Saw yang mana dahulu mereka impikan kedatangannya sebagai nabi terakhir dan juga setelah diturunkannya Al-Quran yang menjadi pembenar dari pada apa yang ada pada mereka sebelumnya yakni kitab Taurat dikarenakan kandungan yang terdapat di dalamnya sesuai dengan isi kitab Taurat dalam bidang tauhid dan prinsip-prinsip serta tujuan agama[4]. Mereka menginkarinya, padahal sebelumnya mereka sangat menunggu kedatangan rasul Muhammad Saw dan kemenangan atas kaum musyrikin serta orang-orang kafir Makkah. Muhammad bin Ishak mengatakan dengan sanadnya dari ikrimah atau sanad yang menyambung kepada Said bin Jubair dari Ibnu Abbas kaum Yahudi mengharapkan pertolongan seorang nabi[5]. Lalu mereka ingkar.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Qatadah Al-Ansori dari orang-orang tua dari kalangan Ansor mereka berkata kisah dalam ayat ini adalah mengenai kami dan orang-orang Yahudi Madinah. Kami dulu pernah menjalankan agama mereka sebelum datangnya Islam akan tetapi kami masih musyrik sedangkan mereka adalah ahli kitab, mereka mengatakan bahwa seorang nabi yang akan diutus telah dekat masanya, kami akan mengiutinya. Bersama nabi itu kami akan membinasakan kalian seperti Allah membinasakan kaum A’d dan Iram. Akan tetapi nyatanya kami mengikutinya sedangkan mereka menginkarinya[6].
Setelah datangnya nabi Muhammad dan juga Islam, Muadz bin Jabal Bisyr Ibnul Barra’ dan Daud bin Salamah pernah mengajak mereka yaitu bangsa yahudi untuk kembali bertaqwa kepada Allah dengan memeluk agama Islam serta mengimani rasul yaitu Muhammad Saw, dan juga mengingatkan mereka bahwa meraka dahulu amat sangat menanti kedatangan nabi Muhammad Saw sebagaimana yang telah disebutkan ciri-cirinya dalam kitab sebelum Al-quran, dan mereka mengetahui akan hal ini, akan tetapi mereka ingkar dan kufur terhadap hal ini, maka Allah melaknat mereka.
Akan tetapi salah seorang dari Bani Nadhir yang bernama Salam bin Misykam[7] berkata “Dia tidak datang kepada kami dengan membawa sesuatu yang kami kenal, dan dia bukanlah rasul sebagaimana yang kami jelaskan pada kalian.” Maka Allah Swt menurunkan Firman-Nya yaitu :
وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ (89)
“Dan telah sampai kepada mereka kitab (Al-Quran) dari Allah Swt yang membenarkan apa yang ada pada mereka sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir, ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah Swt bagi orang-orang yang ingkar.” (Qs. Al-Baqarah: 89)
Mereka ingkar kepada islam bukanlah tidak didasari dengan sebab, melainkan mereka mempunyai rasa fanatisme yang sangat berlebihan terhadap bangsa mereka yaitu Yahudi. Sedangkan nabi terakhir diutus dari kalangan bangsa Arab yaitu suku Quraisy bukan dari kalangan bani Israil sebagaimana rasul-rasul yang sebelumnya. Selain itu rasa ego dan hawa nafsu mereka yang mana takut akan kehilangan kekuasan, pengaruh dan harta benda mereka membuat mereka tidak mengakui datangnya nabi terkakhir. Mereka lebih mendahulukan dunia dari pada akhirat mereka.

C.    Kesimpulan
Dapat kita ketahui bahwasanya Asbabun Nuzul dari ayat ini ialah berkenaan dengan laknat Allah kepada bangsa Yahudi karena ketidak terimaan bangsa yahudi terhadap kedatangan nabi Muhammad Saw dan Al-Quran padahal sebelumnya mereka amat menantikan nabi terakhir.
Mereka lebih mementingkan urusan dunia dan akhirat dengan takutnya kehilangan kekuasan mereka karena nabi terakhir diutus dari kalangan arab bukan dari kalangan mereka yaitu Bani Israil sebagaimana nabi-nabi sebelumnya.

Daftar Pustaka
Az-Zuhaili Wahbah, Tafsir Al-Munir Wa Asy-Syari’ah Wa Al-Manhaj,
(Damaskus: Dar Al-Fikar, 1418 H)
Katsir Ibnu, Tafsir Al-Quran Al-Adzim, (Beirut: Dar Al-Fikr, 2011)
Shaleh dkk.  Asbabun Nuzul (Bandung: Dipenogoro,1995)
Tim Penafsir Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya, (Jakarta, Lembaga                                                
Percetakan Al-Quran Kemernterian Agama, 2010)





[1] Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Wa Asy-Syari’ah Wa Al-Manhaj, (Damaskus: Dar Al-Fikar, 1418 H ) jilid ke 1, hal. 219-220
[2] Shaleh dkk, Asbabun Nuzul (Bandung: Dipenogoro,1995) hal. 28 
[3] Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Wa Asy-Syari’ah Wa Al-Manhaj, (Damaskus: Dar Al-Fikar, 1418 H ) jilid ke 1, hal. 220
[4] Tim Penafsir Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya, (Jakarta: Lembaga Percetakan Al-Quran Kemernterian Agama, 2010) jilid ke 1 hal. 149
[5] Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quran Al-Adzim, (Beirut: Dar Al-Fikr, 2011) jilid ke 1, hal. 121

[6] Tim Penafsir Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya, (Jakarta: Lembaga Percetakan Al-Quran Kemernterian Agama, 2010) jilid ke 1 hal. 150
[7] Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quran Al-Adzim, (Beirut: Dar Al-Fikr, 2011) jilid ke 1, hal. 121

Komentar

Postingan Populer