Tafsir Khalifah

A.    Pendahuluan
Al-Quran diturunkan oleh Allah Swt sebagai wahyu kepada Nabi Muhammad Saw yang diturunkan di kaum Arab, maka otomatis bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab seiring berkembangnya zaman maka Islam pun semakin meluas dan tersebar di seuruh penjuru dunia. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya umat muslim di seluruh penjuru dunia tidak semua paham tentang isi kandungan yang terdapat dalam Al-quran, yang mana pada dasarnya umat muslim selayaknya mengetahui isi kandungan Al-quran sebagai pedoman hidup. Maka dari itu perlu adanya yang menerangkan isi Al-quran tersebut.
Menjelaskan isi kandungan ayat Al-Quran sangatlah penting agar umat muslim yang lain dapat memahami isi kandungannya dengan benar dan juga mempermudah untuk dijadikan pedoman hidup umat muslim
Di dalam Al-Quran banyak sekali pembahasan-pembahasan mulain dari penciptaan manusia, kisah-kisah nabi-nabi terdahulu, tanya jawab masalah hukum, hingga terjadinya hari kiamat. Maka disini penulis akan membahas bahasan yang sangat sedikit sekali yaitu tentang khalifah dalam Al-Quran yang lebih khususnya yaitu penjelasan khalifah dalam surat Al-baqarah ayat 30 dan Shad ayat 26


















B.     Pembahasan
وَإِذ قَالَ رَبُّكَ لِلمَلَٰئِكَةِ إِنِّي جَاعِل فِي ٱلأَرضِ خَلِيفَة قَالُواْ أَتَجعَلُ فِيهَا مَن يُفسِدُ فِيهَا وَيَسفِكُ ٱلدِّمَاءَ وَنَحنُ نُسَبِّحُ بِحَمدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعلَمُ مَا لَا تَعلَمُونَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"(Qs. Al-Baqarah 30)
Penakwilan firman Allah  وَإِذ قَالَ رَبُّكَ
Abu ja’far berkata :Sebagian ahli basrah mengira bahwa maknanya adalah “Tuhanmu Berkata” dan إِذAdalah huruf tambahan yang maknanya dihilangkan[1]
Idz dan idzaa adalah dua huruf tauqit yang menunjukan waktu atau masa. Idzaa untuk waktu/masa yang telah berlalu, sedangkan idzaa untuk waktu yang akan datang. Namun terkadang dapat terbalik.
Al-Mubarad berkata, “apabila idz Bersama fi’il mustaqbal maka maknanya adalah kerja lampau. Contohnya seperti firman Allah Al-Anfal: 30
وَإِذ يَمكُرُ بِكَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لِيُثبِتُوكَ أَو يَقتُلُوكَ أَو يُخرِجُوكَ وَيَمكُرُونَ وَيَمكُرُ ٱللَّهُ وَٱللَّهُ خَيرُ ٱلمَٰكِرِينَ
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya (Qs. Al-Anfal 30)

Dan apabila kata kerja idzz di gabung dengan fi’il madhi maka akan menjadi fi’il mustaqbal. Seperti firman Allah Q.S Abassa:33
 فَإِذَا جَاءَتِ ٱلصَّاخَّةُ
Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua) (Q.S Abassa: 33)
Demikian pula firman Allah وَإِذ قَالَ رَبُّكَ Jika huruf إِذ dihilangkan maka maknanya berubah
Jika ada yang bertanya: Lalu apa maknanya? Sementara kita lihat tidak ada athaf sebelumnya
Jawbanya : Bahwa Allah mengajak dialog orang-orang tersebut :
كَيفَ تَكفُرُونَ بِٱللَّهِ وَكُنتُم أَموَٰتا فَأَحيَٰكُم ثُمَّ يُمِيتُكُم ثُمَّ يُحيِيكُم ثُمَّ إِلَيهِ تُرجَعُونَ
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan (Qs. Al-Baqarah: 28)
Juga ayat sesudahnya, dengan mencela mereka karena mengingkari Allah dan Rasul-Nya, Padahal Allah telah menganugrahkan kepada mereka dan orang-oramng sebelum mereka nikmat yang banyak. Allah juga mengingatkan agar mereka tidak durhaka seperti perilaku orang-orang sebelum mereka , dengan menjelaskan bahwa Allah maha menerima taubat hamba-hambanya.[2]
           
Penakwilan firman Allah لِلمَلَٰئِكَةِ
Abu Ja’far berkata : kata لِلمَلَٰئِكَةِ adalah bentuk jamak dari kata tunggal    مَلاّكَ
Tapi orang arab lebih masyhur menghilangkan hamzah dalam perkataan mereka.[3] Harakat fathah pada huruf lam yang awalnya sukun sehingga menjadi  ملكalasannya adalah mereka memindahkan harokat fathah pada hamzah yang dibuang. Ada juga yang mengatakan bahwa malaikat adalah bentuk mubalaghoh. Akan tetapi ketika hendak menyebut jamak maka mereka kembali pada bentuk asalnya yang menggunakan hamzah dan menjadi مَلَٰئِكَةِ  Demikianlah disebut malaikat karena mereka adalah para duta Allah yang diutus untuk menyampaikan risalah dan wahyu-Nya kepada para nabi dan hamba-hamba pilihaNya
Penakwilan firman Allah  إِنِّي جَاعِل فِي ٱلأَرضِ خَلِيفَة
Abu Ja’far berkata :  Penakwilan yang benar adalah “aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi
Jailun disini maknanya khaliqun sebagaimana yang di sebutkan ole ath-thobari dan abu rauq. Akan tetapi menurut Al-Hasan dan Qatadah maknanya adalah failun.
Al-Ardh “muka bumi” ada yang mengatakan bahwa maksudnya adalah Makkah. Di dalam tasir Ar-Razy kata Ardhi yang berartikan bumi dalam ayat ini yang dimaksudkan adalah seluruh bumi yaitu dari timur hingga barat. Sedangkan Ar-Razy mencantumkan dalam kitabnya riwayat dari Abdurrahman bin Sabit dari nabi Saw bahwasanya bumi dibentangkan dari Makkah dan malaikat bertawaf di Ka’bah dan merekalah yang bertawaf pertama kali di bumi. Dan bumi inilah yaitu Makkah tempat tawaf yang dimaksud dalam kalimat Ardhi dalam ayat ini.
Akan tetai penulis tafsir Mafatihul Ghaib menyatakan bahwasanya pendapat pertama yang mengatakan bumi keseluruhan adalah yang peling benar.
          Penakwilan firman Allah خَلِيفَة
Kataخليفة mengikuti bentuk فعيلة Yang brasal dari akar kata خلف فلان فلانا  في هذا الأمر yang artinya “dia menggantikan posisi sesudahnya”
Seperti firman Allah:
ثُمَّ جَعَلنٰكُم خَلَٰئِفَ فِي ٱلأَرضِ مِن بَعدِهِم لِنَنظُرَ كَيفَ تَعمَلُونَ
Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat (Qs.Yunus 14)
Oleh karna itu seorang penguasa yang agung disebut khalifah karena ia menggantikan kedudukan orang sebelumnya.[4]
Muhammad bin Ishaq berkata: maksud khalifah ialah seorang penghuni dan pemakmur yang akan menghuni bumi dan akan memakmurkan bumi. Akan tetapi menurut Abu Ja’far apa yang dikatakan oleh ibnu ishaq kurang tepat, karena meskipun benar bahwa Allah Swt akan menjadikan khalifah di bumi ini, tetapi lebih tepatanya maknanya adalah pengganti. Lalu jika ada yang bertanya, makhluk apa yang memakmurkan bumi sebelum manusia?
Para mufasir berbeda pendapat tentang hal ini, tetapi Abu karib menerangkan bahwa jin adalah makhluk yang menghuni bumi sebelum manusia sampai akhirnya mereka berbuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi., maka Allah Swt mengutus iblis kepada mereka bersama sejumlah pasukan dari malaikat, kemudian iblis berhasil membunuh mereka dan bala tentaranya sampai mengejar mereka ke dasar-dasar laut dan puncak-puncak gunung.[5]
Dari Ibnu Mas’ud ketika Allah berfirman إِنِّي جَاعِل فِي ٱلأَرضِ خَلِيفَة Malaikat bertanya: Bagaimana  keadaan khalifah itu? Tuham menjawab “Dia akan memiliki keturunann yang membuat kerusakan di muka bumi, saling dengki dan saling membunuh diantara mereka.
Pentakwilan ayat ini menurut riwayat ibnu abbas dan ibnu mas’ud adalah: sesungguhnya aku hendak menjadikan seorsng khalifah dari-Ku di muka bumi (adam) dan orang-orang yang menggantikanya dalam ketaatan kepada Allah dan menegakan keadilan diantara para makhluk Nya. Khalifah yang dimaksud adalah Adam As, sedangkan menurut pendapat imam Hasan Bashri pentakwilan khalifah adalah cucu Adam As.
Menurut Ibnu Abbas makna khalifah adalah Adam As, sedangkan yang melakukan kerusakan adalah bukan khalifah akan tetapi cucu Adam As, sedangkan menurut imam Hasan yang menjadi khalifah atau pentakwilan khalifah adalah cucu adam, sedangkan yang melakukan kerusakan dan pertumpahan darah adalah khalifah yakni cucu Adam As. Jadi Adam As menurut kedua pendapat diatas tidak melakukan kerusakan dan pertumpahan darah.[6]
Seluruh malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api sementara manusia diciptakan dari tanah. Makhluk pertama yang tinggal di bumi adalah jin, lalu mereka membuat kerusakan, salaing menumpahkan darah dan saling bunuh. Lalu Allah mengirim iblis Bersama sejumlah pasukan dari para malaikat yang berjenis hin. Lalu mereka dibantai oleh iblis dan bala tentaranya hingga ke dasar laut dan puncak gunung.
Ketika iblis berhasil mengemban tugasnya, dia merasa sombong, dan berkata “Aku telah berbuat sesuau yang belum pernah diperbuat oleh siapapun” Allah mengetahui hal itu. Namun para malaikat yang bersamanya tidak mengetahuinya. Maka Allah berfirman kepada para malaikat
إِنِّي جَاعِل فِي ٱلأَرضِ خَلِيفَة (Sesungguhnya aku hendak menciptakan khalifah di bumi) spontan para malikat tersebut menjawab  أَتَجعَلُ فِيهَا مَن يُفسِدُ فِيهَا وَيَسفِكُ ٱلدِّمَاءَ “mengapa enggkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu, orang-orang yang membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah seperti hal nya jin? Kami di utus kepada mereka untuk hal itu. Allah menjawab
إِنِّي أَعلَمُ مَا لَا تَعلَمُونَ “sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. Maksudnya aku mengetahui apa yang ada dalam hati iblis apa yang tidak kalian ketahui dari kesombongan dan kecongkakan.
Allah kemudian memerintahkan pada debu yang menjadi penciptakan adam agar naik, lalu Allah menciptakan Adam dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Lalu Allah menciptakan Adam dari Nya dan dengan TanganNYA. Kemudian selama 40 malam jasadnya dibiarkan, lalu iblis mendatanginya dan mmukulnya dengan kakinya. Inilah makna firman Allah[7]
 خَلَقَ ٱلإِنسَٰنَ مِن صَلصَٰل كَٱلفَخَّارِ
Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar (Qs Ar-Rahman 14)
Iblis lalu masuk lewat mulutnya dan keluar dari duburnya. Lalu masuk dari duburnya dan keluar dari mulutnya, kemudian berkata pada jasad tersebut “enggkau tidak ada apa-apanya! Tidak ada gunanya enggkau diciptakan! Jika aku dikuasakan atasmu maka aku akan menghancurkanmu, jika enggkau dikuasakan atasku, ,maka aku akan mencelakakanmu”
Ketika Allah meniupkan kepadanya Roh Nya, datangnya dari kepala, maka tidak ada bagian tubuh yang dilalui roh tersebut kecuali menjadi daging dan darah. Dan ketika tiupan telah sampai pada bagian pusarnya, maka dia melihat kepada dirinya, dan merasa kagum dengan bentuknya, lalu berusaha bangkit namun tidak kuasa. Dan inilah makna firman Allah:
 وَكَانَ ٱلإِنسَٰنُ عَجُولا
Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa (Qs Al Isra’ 11)
Manusia sifatnya keluh kesah, tidak sabar atas kemudahan dan kesusahan. Ketika peniupan Roh telah sempurna, kemudian bersin dan berkata “Alahamdulillah” Allah pun menjawab “ yarhamukallah Ya Adam”
Allah lalu berirman kepada para malaikat yang Bersama iblis (tidak seluruh malaikat) “bersujudlah kalian kepada Adam, mereka pun bersujud semua kecuali iblis. Dia enggan dan sombong lalu berkata “Aku tidak akan bersujud kepadanya karena aku lebih baik darinya, lebih tua, dan lebih kuat. Enggkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan  dia dari tanah liat. Dan api lebih kuat dari tanah liat”[8]
Ketika iblis enggan bersujud, Allah mengibliskanya (memutusasakanya) dari segala kebaikan, dan menjadikan syetan yang terkutuk sebagai balasan atas kemaksiatan.
Allah lalu mengajarkan kepada Adam nama-nama atas segala sesuatu, dan itulah nama-nama yang dikenal oleh manusia, yaitu manusia, binatang, bumi, tanah, air, gunung dan sebagainya. Sebagaimana firman Allah Swt
وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلأَسمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُم عَلَى ٱلمَلَٰئِكَةِ فَقَالَ أَنبِ‍ُٔونِي بِأَسمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِن كُنتُم صَٰدِقِينَ
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar! (Qs Al-Baqarah: 31)
Allah kemudian menunjukan nama-nama ini kepada malaikat. Dan malaikat pun sadar mengapa Allah mengutus khalifah di bumi.
Ketika mereka (para malaikat) mengetahui cercaan Allah atas mereka karena mnyatakan sesuatu yang yang tidak diketahui selain Allah, maka mereka berkata:
قَالُواْ سُبحَٰنَكَ لَا عِلمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمتَنَا إِنَّكَ أَنتَ ٱلعَلِيمُ ٱلحَكِيمُ
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" (Qs. Al-baqarah: 32)
 Maksudnya, mensucikan Allah dari segala anggapan bahwa ada yang mengetahui yang ghaib selain Allah. Allah lalu berfirman kepada Adam
قَالَ يَٰـَٔادَمُ أَنبِئهُم بِأَسمَائِهِم فَلَمَّا أَنبَأَهُم بِأَسمَائِهِم قَالَ أَلَم أَقُل لَّكُم إِنِّي أَعلَمُ غَيبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلأَرضِ وَأَعلَمُ مَا تُبدُونَ وَمَا كُنتُم تَكتُمُونَ
Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan? (Qs Al-Baqarah: 33)
Maksudnya, Allah mengetahui sesuatu yang Nampak dan yang tersembunyi, Allah mengetahui kesombongan iblis yang yang dirahasiakan dalam dirinya.


يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ
Wahai Daud! Sesungguhnya engkau kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah Swt. Sesungguhnya, orang-orang yang sesat dari jalan Allah Swt akan mendapat adzab yang berat kerena mereka melupakan hari perhitungan (Qs. Shaad 26)
Muhammad menceritkan kepada kami dia berkata Asbat menceritakan kepada kami dari As-Sadiy إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً menjadikannya raja di bumi فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ yakni dengan adil dan jujur وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى hawa nafsumu jangan mempengaruhi kekuasaanmu atas kebenaran dan keadilan, maka engkau akan berbuat sewenang-wenang dengan kebenaran فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ maka kamu akan tunduk kepada hawa nafsumu dalam keadilan dan perbuatan baik dari jalan Allah yang Allah Swt jadikan bagi ahli iman, maka engkau termasuk orang yang binasa karena kesesatanmu dari jalan Allah Swt. Dan firman Allah Swt إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ sesungguhnya orang-orang yang berpaling dari jalan Allah Swt dan kebenaran yang disyariatkan kepada hambanya dan yang diperintahkan untuk diamalkan kemudian mereka berlaku sewenang-wenangnya di dunia, maka bagi mereka adzab yang dahsyat di akhirat pada hari perhitungan karena kesesatan mereka dari jalan Allah Swt dengan melupakan perintah Allah Swt yaitu meninggalkan keadilan dan ketaatan kepada Allah Swt يَوْمَ الْحِسَابِ lanjutan Adzab Yang pedih.[9]
Ini merupakan perintah dari Allah kepada para penguasa agar mereka memutuskan perkara di antara manusia dengan kebenaran yang diturunkan dari sisi Nya. Ibnu abu hatim mengatakan, apakah khalifah akan mendapat hisab, Abu Zar’ah menjawab, “wahai amirul mukminin, saya hanya berpesan kepadamu, hendaknya engkau berdoa semoga dalam keamanandari Allah.
Kukatakan lagi, “hai amirul mukminin apakah engkau lebih mulia bagi Allah ataukah Daud AS?, sesungguhnya Allah telah ,menghimpunkan baginya antara kenabian dan kekhalifahan (kekuasaan), tetapi sekalipun demikian Allah mengancamnya memlalui firmannya sebagaimana disebutkan dalam As-shod Ayat 26, ini merupakan ungkapan yang mengandung taqdim dan takkhir, menurut urutannya adalah berbunyi sebagai berikut: Lahum ‘Azabun Syadid yaumal hisab bimanasu, yang artinya, bagi mereka azab yang berat pada hari perhitungan nanti disebabkan mereka lupa daratan
C.    Penutup
Manusia diciptakan oleh Allah Swt. Pada dasarnya memiliki dua peran atau fungsi yaitu sebagai hamba Allah dan khalifah. Khalifah di bumi harus menghukumi dengan adil dan jujur tanpa adanya campur tangan hawa nafsu
Manusia yang pertama kali menjadi khalifah adalah Adam As yang mana para mufasir bahwasanya dia terbebas dari katagori perusak dan pertumpahan darah di bumi
Perusak dan yang melakukan pertumapahan darah di bumi adalah cucu Adam As yaitu pengganti setelahnya.
Dari ayat-ayat di atas dipahami juga bahwa kekhalifaan mengandung tiga unsur pokok, yaitu yang pertama manusia yakni khalifah yang kedua wilayah yaitu bumi dan yang ketiga adalah hubungan antara kedua unsur tersebut.


Daftar Pustaka
Abdillah, Imam Abu; “Al-Jami’ Li Ahakam”; Jakarta, Beirut; Dar Al-Fikri, 1995
Ar-Razy Fakhruddin, Mafatihul Ghaib, Beirut, Dar Al-Ihya’ 1420 H
 Jarir Muhammad Ath-Thabary, Jami’ Al-Bayan Fi Takili Al-Quran, (Muassasah Risalah, 2000)




[1] Muhammad bin Jarir Ath-Thabary, Jami’ Al-Bayan Fi Takili Al-Quran, (Muassasah Risalah, 2000) hal. 439 jilid. 1

[2] Muhammad bin Jarir Ath-Thabary, Jami’ Al-Bayan Fi Takili Al-Quran, (Muassasah Risalah, 2000) hal. 442 jilid. 1

[3] Muhammad bin Jarir Ath-Thabary, Jami’ Al-Bayan Fi Takili Al-Quran, (Muassasah Risalah, 2000) hal. 444

[4] Tafsir Al Qurthubi, Abu Ja’far, Hal 359
[5] Muhammad bin Jarir Ath-Thabary, Jami’ Al-Bayan Fi Takili Al-Quran, (Muassasah Risalah, 2000) hal. 450

[6] Muhammad bin Jarir Ath-Thabary, Jami’ Al-Bayan Fi Takili Al-Quran, (Muassasah Risalah, 2000) hal. 452

[7] Tafsir Athobarri,  Abu Ja’far Muhammad, Hal 535
[8] Tafsir Athobarri,  Abu Ja’far Muhammad, Hal 536
[9] Muhammad bin Jarir Ath-Thabary, Jami’ Al-Bayan Fi Takili Al-Quran, (Muassasah Risalah, 2000) hal. 189 jilid. 21

Komentar

Postingan Populer